Monday 14 October 2013


Kalau sebelumnya kita sering membicarakan mengenai penemuan-penemuan teknologi, sedikit melalui tulisan ini saya mengajak sobat semua untuk menengok perkembangan teknologi di indonesia jika dibandingkan dengan India. Tentu anda sudah membaca artikel saya tentang Sixhtsense Technology sebuah penemuan besar yang mengemparkan dunia oleh Pranav Mistry pemuda dari India. Bagaimana India bisa sehebat itu dan bagaimana dengan Indonesia. Sekarang mari kita tengok Problem perkembangan teknologi di Indonesia.

Indonesia..!! siapa pun pemimpinnya, masalah bangsa tetap datang bertubi-tubi. Gonta-ganti pimpinan tetap saja masalah datang silih berganti. Kenyataan ini bisa dilihat secara kasat mata baik melalui media elektronik maupun surat kabar. Bangsa ini masih dihadapkan pada realitas permasalahan bangsa yang sangat besar. Realitas di bidang hukum, budaya korupsi merebak semakin kronis dan sistemik, makelar kasus terbukti merajalela. Pengungkapan kasus tersangka mafia pajak terus dilakukan dan berbagai kasus penyimpangan hukum lainnya, semua benar-benar mengikis kepercayaan rakyat pada kepemimpinan nasional. Akibatnya meskipun proses hukum masih berjalan, timbul kekhawatiran masyarakat bahwa semua itu hanyalah sebuah skenario konspirasi besar. Bahkan pers yang selama ini dianggap sebagai salah satu media yang mengawasi jalannya proses hukum, tercium indikasi ada di dalam skenario tersebut.

Tidak hanya itu realitas permasalahan di bidang pertahanan dan keamanan juga sangat memilukan. Bangsa ini di mata dunia identik dengan raksasa rapuh. Rumah megah bangsa seolah tidak berpagar. Kapal-kapal asing bebas keluar masuk menjarah ikan di perut laut pedalaman. Bahkan negara tetangga tanpa rasa takut memindahkan patok-patok batas negara. Maklum, peralatan perang tentara Indonesia yang ketinggalan jaman.

Sedangkan di bidang ekonomi dan kesejahteraan rakyat, siapapun pemimpinnya angka kemiskinan tinggi, pendidikan dan kesehatan mahal. pengangguran meningkat, anak-anak kekurangan gizi menambah berat beban penderitaan rakyat. Kenyataan lain, kita dihadapkan dengan harga-harga kebutuhan yang melonjak, tarif listrik terus meningkat namun tidak diikuti oleh peningkatan pelayanan, ongkos transportasi mahal, bencana akibat ulah manusia semakin marak, tingkat kecelakaan jalan raya meningkat sebagai akibat buruknya infrastruktur jalan raya, dimana-mana ditemukan jalan rusak. Siapapun gubernurnya, Jakarta tetap macet, bahkan tidak hanya di Jakarta di berbagai daerah selalu dilanda banjir ketika musim hujan tiba, dan berbagai masalah lainnya.

Kenapa itu semua terjadi? tentu jawabannya tidak mudah, banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Namun demikian, ada satu faktor mendasar yang layak untuk disoroti sebagai penyebab itu semua yaitu peran kepemimpinan nasional. Kegagalan para memimpin bangsa ini paling tidak memiliki peran pemicu berbagai masalah yang tidak kunjung selesai. Janji-janji perbaikan semasa kampanye hanya sebuah janji semata. Peran kepemimpinan nasional yang seharusnya berada pada garis depan untuk mengatasi berbagai masalah bangsa ini, justru dihadapkan dengan berbagai permasalahan tersendiri. Tidak mengherankan jika akhirnya masalah-masalah yang membelit bangsa ini jadi bertumpuk dan tidak pernah diselesaikan. Kepemimpinan yang ada hanya sibuk membangun benteng kekuasaan dengan permainan citra. Semua masalah bangsa diselesaikan dengan retorika, iklan di media massa atau membangun karisma di mata masyarakat tanpa ada penyelesaian masalah secara konkret.

Konteks kepemimpinan nasional yang dimaksud tentu tidak hanya menyentuh level kepala negara, wakil kepala negara, menteri, anggota DPR atau gubernur semata namun seluruh komponen bangsa yang memiliki wewenang untuk mengambil kebijakan yang dapat mempengaruhi perbaikan bangsa atau sebaliknya. Jelas bangsa ini tidak membutuhkan pemimpin yang memiliki kekuasaan atau menciptakan kekuasaan, tetapi yang dibutuhkan adalah pemimpin yang mampu menciptakan sebuah sistem, pemimpin nasional yang mengetahui perannya dalam menciptakan sebuah sistem solutif untuk perbaikan bangsa. Lalu pertanyaannya solusi yang bagaimana?

Jika belajar dari pengalaman India, sebuah Negara yang ketika tahun 2001 masih tergolong sebagai negara yang padat penduduknya dengan tingkat kemiskinan dan pengangguran yang tinggi, bahkan tingkat kesejahteraan masih di bawah Indonesia. Namun demikian dengan komitmen yang tinggi pemerintah nasional india untuk mendorong kemajuan dan pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan perbaikan berbagai sektor kehidupan berbangsa dan bernegaranya, hasilnya, kini laju perekonomian india meningkat secara signifikan, bahkan india menjadi salah satu raksasa Asia yang diprediksikan akan bersaing dengan dominasi China. IPTEK terbukti meningkatkan perekonomian di India, IPTEK meningkatkan kesejahteraan, IPTEK meningkatkan taraf pendidikan, IPTEK terbukti mampu turut serta memperbaiki berbagai sektor kehidupan.

Bagaimana dengan IPTEK di Indonesia? Berbeda dengan India dan China, perkembangan IPTEK Indonesia memang masih memprihatinkan. Realitas yang memprihatinkan itu bukan dilihat dari prestasi beberapa bidang IPTEK yang telah dicapai selama ini seperti mendapat medali emas pada International Exhibition of Invention New Technique and Product, memperoleh The First Step to Nobel Prize di bidang fisika tingkat SMA, temuan alat pengukur curah hujan oleh LIPI, temuan aplikasi teknologi DNA, temuan bibit padi unggul, temuan vector medan laju percepatan gerakan lempeng tektonik akibat maraknya bencana gempa bumi di Indonesia, rancang bangun pesawat remotely piloted vehicle, memperoleh penghargaan internasional Fellowship L'Oreal-Unesco for Woman in Science dan masih banyak lagi lainnya, terlebih lagi di bidang TI banyak sekali pemuda Indonesia yang telah menghasilkan berbagai macam perangkat lunak buatan dalam negeri, yang memang semua itu perlu disyukuri.

Tetapi keprihatinan itu muncul justru ketika pergerakan dampak perkembangan IPTEK memang tidak segaris lurus dengan penciptaan kesejahteraan masyarakat dalam kerangka kebijakan IPTEK secara nasional.
Pertanyan selanjutnya, apakah IPTEK sebagai satu-satunya solusi permasalahan bangsa? Tentu tidak, bukan IPTEK sebagai satu-satunya solusi, Namun lebih tepatnya adalah IPTEK sebagai salah satu solusi dan sarana. Tapi bagaimana menjadi solusi jika IPTEK tidak diberikan kesempatan di garis depan mengatasi permasalahan bangsa sebagaimana di India, China, singapura atau Malaysia?. Disinilah titik permasalahannya. Kerangka IPTEK yang seharusnya dalam bingkai kesejahteraan masyarakat, terdistorsi karena lemahnya penggerak arah kebijakan IPTEK dalam hal ini kepemimpinan nasional.

Atas dasar hal itu maka diperlukan peran kepemimpinan nasional yang mampu menciptakan sebuah sistem untuk memberikan kesempatan atas kemajuan IPTEK dalam mengatasi permasalahan bangsa. Melalui tulisan  ini akan sedikit saya berikan uraian bagaimana peran kepemimpinan nasional dalam mendukung IPTEK untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi komunikasi dan informasi, berlangsung amat cepat dan harus bisa diantisipasi. Kemajuan IPTEK yang amat spektakuler, memaksa semua pihak untuk mampu menguasai dan mengembangkannya. Tanpa kemampuan menguasai dan mengembangkan IPTEK, bangsa Indonesia bukan saja akan ketinggalan dari bangsa-bangsa lain di dunia, tetapi juga bisa menjadi objek eksploitasi secara teknologis oleh bangsa lain. Selain perdagangan, IPTEK merupakan kekuatan utama yang mampu menggerakkan globalisasi. Kemajuan iptek merupakan salah satu indikator dan parameter tinggi-rendahnya peradaban sebuah bangsa.

Di Negara-negara maju peranan IPTEK menjadi perhatian utama dalam menjawab permasalahan pembangunan bangsa dan meningkatan pertumbuhan ekonominya.
Pada negara maju, kebijakan ekonomi dan kebijakan IPTEK semakin terintegrasi dan diselaraskan untuk meningkatkan daya saing nasional. Hal tersebut bertolak belakang dengan yang terjadi pada Indonesia, Indeks daya saing Indonesia menurut global competiveness index (GCI) yang dimuat dalam The Global Competiveness Report 2008--2009 yang diterbitkan oleh World Economic Forum pada tahun 2008, menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat 55 dari 134 negara. Salah satu dari 12 pilar daya saing yang diukur oleh badan ini adalah daya inovasi suatu bangsa, yang menempatkan Indonesia pada urutan ke 47.

Secara spesifik menurut laporan itu, daya inovasi Indonesia terkendala oleh beberapa hal, yaitu:
1. kapasitas inovasi nasional yang masih rendah
2. kolaborasi antara universitas, litbang, dan industri yang masih perlu dibangun
3. penggunaan paten sebagai alat perlindungan hak cipta penemu dan sekaligus alat untuk diseminasi teknologi yang perlu dibangun lebih baik
4. Kendala lain yang penting adalah dukungan pemerintah dalam bentuk pembelian teknologi canggih hasil litbang dalam negeri (government procurement of advanced technology product) yang masih rendah.

Tantangan yang nyata dan serius yang dihadapi oleh kepemimpinan di masa depan ialah tantangan membangun masyarakat berpengetahuan (knowledge society). Membangun masyarakat berpengetahuan adalah membangun kesadaran masyarakat mengenai pentingnya mempunyai visi dan wawasan IPTEK sebagai bekal untuk menghadapi masa yang akan datang. Tanpa berbekal visi dan wawasan IPTEK, akan sulit bagi bangsa Indonesia untuk bisa survive dalam memasuki era global yang penuh tantangan dan sangat kompetitif itu.

Sebetulnya Indonesia telah memiliki visi IPTEK tahun 2025 yang nampak ideal sesuai dengan cita-cita bangsa yang mengidamkan kehidupan masyarakat yang sejahtera. Visi IPTEK 2025 menyatakan bahwa IPTEK sebagai kekuatan utama peningkatan kesejahteraan yang berkelanjutan dan peradaban bangsa. Namun sayangnya visi itu sampai saat ini belum menjadi ruh bagi bergeraknya IPTEK di Indonesia.

Fakta-fakta tersebut di atas menunjukkan bahwa untuk meningkatkan IPTEK di Indonesia diperlukan upaya solutif yang komprehensif untuk mewujudkan secara nyata peran-peran kepemimpinan nasional untuk meningkatkan daya saing melalui peningkatan daya inovasi suatu bangsa. Penulis mendefinisikan tiga peran nyata kepemimpinan nasional untuk meningkatkan kemajuan IPTEK dalam rangka meningkatkan kesejahteraan bangsa, meliputi:

  1. Menciptakan Kebijakan-kebijakan IPTEK yang segaris lurus dengan penciptaan kesejahteraan masyarakat
  2. Pelibatan pihak swasta khususnya anggaran anggaran penelitian dan pengembangan
  3. Merangsang peneliti untuk lebih giat dan aktif melakukan penelitian dan pengembangan IPTEK

Hario Bisnis Partner | Hario Business Partner | Peluang Usaha Terbaru | 4jovem | Bisnis 4jovem
Obat Diet Cepat | Obat Pelangsing alami | Obat Jantung Koroner | Obat Stroke herbal
Peluang Usaha Terbaru 2016
Green World Indonesia | MLM Terbaru 2016 | stokis greenworld | produk greenworld   

0 comments:

Post a Comment

Blog Ini dofollow.....Silahkan Komen yang baik